Panen dan penyiapan bahan tanaman nilam
Pada kebun perbanyakan, panen stek pertama dilakukan 3-4 bulan, yaitu dengan memangkas cabang/batang setinggi 30 cm di atas permukaan tanah dengan menyisakan 1-2 cabang. Stek-stek yang baru dipangkas segera dibawa ketempat penyiapan benih, yaitu pondok atau tempat yang teduh disekitar kebun perbanyakan dimana telah disediakan peralatan yang dibutuhkan untuk pengepakan. Stek-stek dibasahi dengan air kemudian diseleksi, untuk stek pucuk, terdiri dari 4 - 5 buku, daun tua pada buku-buku dibuang, kecuali 1-2 pasang daun pucuk, untuk stek batang/cabang, semua daun dibuang, untuk stek panjang yang akan ditanam langsung ke lapangan panjang stek 30 cm dan sudah mengayu. Dari satu pohon dapat diperoleh 15 - 25 stek panjang yang dapat menjadi 30 - 50 stek pendek untuk disemai polybag.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
- Pilih stek yang cukup besar atau kekar.
- Stek yang baik adalah yang tidak bengkok.
- Stek nampak sehat tanpa gejala kekurangan hara atau tanda-tanda serangan penyakit dan hama.
- Stek-stek yang terpilih kemudian dicelupkan ke dalam larutan fungisida 0,2%.
Dalam 1 ha dibutuhkan 20.000 benih. 1 Ha kebun perbanyakan dapat memenuhi kebutuhan 30 - 40 ha per tanaman. Dalam 1 tahun dari 1 ha kebun perbanyakan dapt memproduksi benih untuk perluasan 80 - 100 ha.
Pergiliran Tanaman nilam
Pergiliran tanaman nilam dilakukansetiap selesai siklus pertanaman nilam (3 tahun), yaitu dengan menggunakan tanaman-tanaman yang sesuai dan berfungsi ganda, selain berfungsi memotong siklus hama dan penyakit juga dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Tanaman yang dapat dipergunakan untuk pergiliran antara lain legum, palawija setelah itu kembali ditanami nilam.
Pola tanam Tanaman Nilam
Umumnya tanaman nilam diusahakan secara monokuler, namun dapat juga ditanam secara tumpangsari dengan tanaman lain, seperti dengan tanaman palawija (jagung, cabe, terung, dan lainnya). Selain dengan tanaman palawija, nilam dapat dipolatanamkan dengan tanaman tahun seperti kelapa, kelapa sawit, karet yang masih berumur muda, karena tanaman nilam masih berproduksi dengan baik pada intensitas cahaya 75%. Pola tanam ini akan memberikan keuntungan antara lain, menekan biaya operasional terutama biaya pemeliharaan, mengurangi resiko terjadi penurunan harga, kegagalan panen akibat serangan hama/penyakit, curah hujan yang sangat tinggi atau kekeringan dan meningkatkan produktivitas tanah oleh hasil tanaman sela. Selain itu bila limbah padat nilam hasil penyulingan dikembalikan ke lahan, dimana limbah padat ini masih punya aroma dan bau khas, maka limbah ini akan berfungsi sebagai penolak serangga, sehingga tanaman selanya terhindar dari serangan hama. Disamping itu limbah inidapat berfungsi sebagai bahan organik yang dapat menyuburkan tanam. Dari hasil penelitian pola tanam, menunjukkan bahwa nilam dapat dipolatanamkan dengan jagung atau nilam + kacang tanah, nilam + kedele, nilam + kacang hijau, nilam + jagung + kacang tanah. Pada prinsipnya semua tanaman dapat ditumpang sarikan dengan nilam asal: 1) tidak menimbulkan persaingan dalam hal penyerapan unsur hara, air dan cahaya matahari 2) tidak merupakan sumber hama/penyakit bagi tanaman nilam, sebaiknya yang saling menguntungkan. Oleh sebab itu waktu dan jarak tanaman antara sesama tanaman pokok antara tanaman pokok dengan tanaman sela harus diperhitungkan dengan cermat.
Panen dan penanganan pasca panen nilam
Panen pertama dilakukan saat umur tanaman 6 bulan dan panen berikutnya dilakukan setiap 4 bulan sampai tanamanberumur tiga tahun. Panen sebaiknya dilakukan pada pagi atau menjelang malam hari agar kandungan minyaknya tetap tinggi. Bila pemetikan dilakukan siang hari, sel-sel daun sedang berfotosintesa sehingga laju pembentukan minyak berkurang, daun kurang elastis dan mudah robek.
Kandungan minyak tertinggi terdapat pada 3 pasang daun termuda yang masih berwarna hijau. Alat untuk panen bisa dipergunakan sabit dengan cara memangkas tanaman pada ketinggian 20 cm dari permukaan tanah. Ada baiknya kalau setiap kali panen ditinggalkan satu - dua cabang untuk merangsang tumbuhnya tunas-tunas baru pada fase selanjutnya.
Proses penyulingan Nilam
Penyulingan minyak nilam adalah suatu proses pengambilan minyak dari terna kering dengan bantuan air, dimana minyak dan air tidak tercampur. Penyulingan minyak nilam pada minyak nilam pada umumnya dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:
- Penyulingan dengan cara dikukus, pada cara ini bahan (terna kering) berada pada jarak tertentu di atas permukaan air.
- Penyulingan dengan uap langsung, dimana bahan berada dalam ketel suling dan uap air dialirkan dari ketel pada bagian bawah suling.
Kapasitas tangki suling umunya dinyatakan dengan volume (liter). Kerapatan (bulk density) terna nilam kering berkisarantara 90 - 120 g/liter, tergantung dari persentase daun dan kadar airnya.
Bahan konstruksi alat suling akan mempengaruhi mutu minyak dan warna minyak. Jika dibuat dari bahan plat besi tanpa digalvenis akan menghasilkan minyak berwarna gelap dan keruh karena karat. Alat suling yang baik adalah dibuat dari besi tahan karat (stainless steel), atau plat besi yang digalvanis (carbon steel) setidaknya pada bagian pimpa pendingin dan pemisah minyak, agar diperoleh hasil minyak berwarna lebih muda dan jernih.
Terna kering yang sudah dimasukkan ke dalam ketel suling, sebaiknya dibahsahi dengan air supaya terna tersebut dapat dipadatkan. Pembasahan dan pemadatan dilakukan terhadap terna selama pengisian ketel suling. Harus diingat bahwapenyulingan terna kering nilam akan menyerap air sebanyak bobotnya jadi pada penyulingan yang menggunakan sistem kohobasi hal ini harus diperhatikan agar tidak terjadi kekurangan air selama penyulingan.
Lama penyulingan dengan dikukus 5 -1 0 jam, sedangkan dengan cara uap langsung lamanya berkisar antara 4 - 6 jam. Lama penyulingan ini tergantung dari cara, kapasitas ketel suling dan kecepatan penyulingan. Untuk penyulingan secara dikukus, kecepatan penyulingan yang baik adalah 0,6 uap/kg terna. Pada penyulingan dengan uap langsung tekanan uap langsung tekanan uap mula-mula 1,0 ATM, lalu dinaikkan secara bertahap sampai 2,5 - 3 kg/cm2 (tekanan dalam ketel suling 0,5 - 1,5 kg/cm2) pada akhir-akhir penyulingan. Hal ini dimaksudkan agar fraksi berat antara lain patchouli alkohol sebagian besar baru akan tersuling pada suhu tinggi atau jika waktu penyulingan cukup lama